Senin, 22 Oktober 2012

Metode Bermain Peran

Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran ini lebih menonjolkan peran guru dibanding peran siswa. Selain itu metode pembelajaran konvensional cenderung berorientasi pada target penguasaan materi. Sehingga metode pembelajaran ini hanya berhasil dalam pengembangan “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah Metode Bermain Peran untuk meningkatan kualitas pendidikan yang optimal di sekolah

Penggunaan metode bermain peran bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan bagi siswa dengan bermain peran secara sederhana. Permainan peran ini mulai dari pemeran maupun tokoh sesuai dengan usia anak dan permasalahannya. Dengan demikian siswa akan tertarik, senang, dan bersemangat karena dapat belajar sambil bermain.

Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962) yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati (1992:80) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali (1996:83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.

Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996:83) berikut ini ;

Sosiodrama : semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu,
Psikodrama : hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan terletak pada penekannya. Sosia drama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya dan Role-Playing : role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau.

Sedangkan Moedjiono & Dimyati (1992:80) juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut ini :

Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka,

Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan

Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok.

Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan/ atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses sejarah
Pembelajaran akan lebih menyenangkan bila didukung oleh seorang guru yang aktif. Strategi pembelajaran yang digunakan guru yang aktif itu sangat bervariasi, dinamis, tidak monoton, senantiasa disesuaikan dengan materi pelajaran,situasi, kondisi, serta proses pembelajarannya. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai model.
»»  Baca Selengkapnya ...

Selasa, 17 April 2012

Kita Belajar ber-Sabar Dan ber-Syukur

Kita Belajar ber-Sabar Dan ber-Syukur . . .
bagaimana memaknai hidup dengan sesama manusia untuk Yang Maha Hidup dan untuk Kehidupan yang Kekal abadi di kemudian hari...
Itulah sejatinya hidup. Ada pilihan, ada konsekuensi, ada pembelajaran, ada perbaikan, ada komitmen. Satu hal yang pasti adalah setiap sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi pada makhluk-Nya.


Kita Belajar ber-Sabar Dan ber-Syukur . . .
Terkadang memang kita harus dilempar sekeras-kerasnya kelantai dasar dari puncak gedung tertinggi, untuk bisa memantul ke atas lebih tinggi dan semakin membumbung tinggi. Seburuk apapun keadaanmu tidak pernah Allah menghendaki keburukan untuk hambanya karena semua keputusannya adalah terbaik dan selalu terbaik...

»»  Baca Selengkapnya ...

Metode Pembelajaran

Seorang pendidik haruslah memiliki kemampuan untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. seperti kata bijak berikut "guru bukan segalanya tapi segalanya berawal dari guru" dan pada saat mengajar di kelas salah satu yang penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Untuk menentukan metode pembelajaran hendaknya guru berangkat dari masalah yang dihadapi, baik dari perspektif guru maupun subyek didik. 
Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.  Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.


1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.


2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.


3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.


4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)


5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.


6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.


7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.


8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.


9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut


10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.


11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.


12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.


13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya


14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.


Metode Pembelajarn diatas hanya beberapa contoh yang mungkin dapat dipraktekan di sekolah.
Salam,
Semoga bermanfaat .
»»  Baca Selengkapnya ...

Kamis, 12 April 2012

Dunia Guru

"Guru Bukan Segalanya Tapi Segalanya Berawal Dari Guru" sebuah kutipan yang menarik dari seorang yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan


Dunia Guru saat ini sudah tak pantas lagi disebut “pahlawan tanpa tanda jasa”. Sebab pada kenyataannya berbagai kesejahteraan terus diupayakan dengan dalih demi peningkatan kualitas pendidikan. Logika materialisme yang begitu kuat sebenarnya menjadikan posisi guru itu sendiri berada dalam kondisi sebuah dilema. Alih-alih profesionalitas, kesejahteraan terus ditingkatkan. Tapi di sisi lain muncul permasalahan sosial di mana dunia guru dipandang sebagai dunia yang menjanjikan secara materi. maka banyak masyarakat yang kemudian berbondong-bondong meminati dunia guru dengan niatan yang bisa dipertanyakan antara keikhlasan membangun sebuah bangsa lewat pembelajaran atau demi kesejahteraan semata di tengah kepungan ekonomi global yang kian krisis dimensial. 

Tapi ibarat perut yang kelewat kenyang. Rasa berkecukupan pun mulai menyerang. Penyakit kerja malas-malasan pun datang. Jelas, dengan kesejahteraan yang meningkat tidak serta-merta kualitas pembelajaran pun meningkat. Justru berbeda dengan lampau ketika eksistensi guru dimaknai sebagai pembawa pesan moral yang ikhlas dalam bekerja, eksistensinya banyak melahirkan generasi-generasi pemikir bangsa. contohnya HOS Cokroaminoto yang melahirkan Soekarno. Guru-guru di jaman sekarang bisa jadi turut ambil bagian dalam melahirkan koruptor-koruptor muda.


Keteladanan guru pun layak dipertanyakan ketika ada oknum dalam Dunia Guru yang dengan tanpa perasaan berdosa membuat data palsu demi lulus portofolio untuk sertifikasi. Mengapa demikian karena ada tuntutan materialisme yang menguat. Itu pulalah ekses dari profesionalitas di sisi lain bahwa Dunia Guru menjadi berorientasikan materi.. 


Sekarang Dunia Guru adalah hal yang diminati masyarakat, karena dianggap menjanjikan kesejahteraan. Yang pada akhirnya membanjirlah kualitas-kualitas guru bermental materi bukan moral dan hati nurani.

Jangan heran jika di masa sekarang kita bisa melihat anak-anak didik berunjuk rasa, karena mereka pun menyaksikan para pendidik mereka berunjuk rasa di jalan. Saat ini sepertinya bukan saatnya lagi guru harus dianggap sebagai sosok yang sangat berkuasa dan harus ditakuti oleh anak-anak didiknya di sekolah. Bila kita menjumpai ada anak-anak didik kita berkata-kata kasar, berperilaku negatif, tidak jujur, pemberontak, menyakiti hati temannya, memfitnah maupun menjatuhkan temannya, tidak bisa menghargai sesamanya bahkan gurunya, maka yang harus kita lakukan pertama kali adalah bertanya kepada hati kita apakah kita melakukan hal yang serupa?.

Sudahkah Anda berpuas hati dengan prestasi sebagai guru . . . ?



»»  Baca Selengkapnya ...

Senin, 09 April 2012

Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slamet 2010: 2)
Dan Anthony Robbins dalam Trianto (2009: 15) mendefenisikan Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Definisi Belajar merupakan tindakan dan perilaku kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar, sementara itu proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Sementara itu, menurut Wina (2008: 57) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku, namun demikian kita akan sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. (Dimyati dan Mudjiono; 2006: 7)

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Makna Belajar bukan berarti perubahan tingkah laku dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru, belajar membutuhkan waktu dan tempat, belajar terjadi bila tampak tanda-tanda bahwa tingkah laku manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran, tingkah laku tersebut dapat dilihat dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. dibawah ini ada referensi yang bagus untuk belajar efektif diambil sesuai aslinya dari Pedoman dan Strategi Untuk Belajar; 

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui

  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.

Mulai dengan masa lalu
Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
§  senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita? menterjemah? berpidato?
§  mengetahui cara menringkas?
§  tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
§  meninjau kembali?
§  punya akses ke informasi dari banyak sumber?
§  menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
§  memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskanke masa sekarang
Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan
proses,
persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti?
Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat
review
Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?

Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan.

diambil dari sumber asli nya;


»»  Baca Selengkapnya ...

Kamis, 05 April 2012

Motivasi

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif – motif menjadi perbuatan guna mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri seseorang yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat seseuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.

Motivasi belajar dapat timbul dalam diri siswa (motivasi intrinsic) dan pengaruh dari luar dirinya (motivasi ekstrinsik).
Motivasi intrinsic telah dimiliki setiap siswa dengan adanya potensi rasa ingin tahu (sense of currosity), rasa ingin maju dan lain-lain. Sedangkan motivasi ektrinsic timbul dapat dari upaya guru melalui penerapan ganjaran dan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) yang diorientasikan pada upaya memotivasi siswa untuk belajar. 

Motivasi intrinsic disebut pula motivasi murni, karena muncul dari dirinya sendiri. Untuk memunculkan motivasi intrinsic umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan, tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan anak.
Cara memotivasi ekstrinsic dapat dilakukan antara lain dengan : memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasehat, kadang – kadang teguran. Kegiatan –kegiatan seperti ini sangat penting untuk mempertimbangkan guru dalam membimbing siswa belajar.

Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Apabila motor penggeraknya tidak ada , maka aktivitas tidak akan terjadi. Motornya lemah aktivitas yang terjadi pun lemah pula.
Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar . Apabila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. 

Dalam kontek sebagai motivator semoga guru dapat berperan  untuk menumbuhkan kedua motivasi tersebut agar siswa dapat belajar dengan baik

»»  Baca Selengkapnya ...

Selasa, 27 Maret 2012

Tentang Pendidikan Berkarakter

Pendidikan berkarakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
dan dikelompokkan menjadi lima nilai utama;


1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
a. Religius
Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agama


2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.


3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturanberkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis
Cara befikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kwajiban dirinya dan orang lain


4. Nilai Karakter dalam hubungannya dengan lingkunga
a. Peduli sosial dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingi memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.


5. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.


Dengan diterapkannya pendidikan berkarakter diharapkan siswa akan lebih mampu memecahkan masalah sosial yang dihadapinya, karena bukan hanya memiliki kemampuan teknis-akademis melainkan juga memiliki kemampuan interaksi sosial

»»  Baca Selengkapnya ...